Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada
kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah
berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah
berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya
masalah berbakti kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji
secara khusus.
Perintah Berbakti Kepada Orangtua
Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang
diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat
baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma
susila dan norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut :
- Allah menggandengkan antara perintah untuk beribadah kepada-Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:
“Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (An-Nisaa : 36).
Perintah berbakti bahkan diseiringkan dengan perintah untuk mengesakan
Allah sebagai kewajiban utama seorang mukmin. Sehingga amatlah jelas,
perintah itu mengandung ‘tekanan’ yang demikian kuat.
- Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir:
“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas
tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun
perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15)
- Berbakti kepada kedua orang tua adalah seutama-utama jihad.
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta
ijin berjihad kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau
bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab,
“Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik
terhadap keduanya.” (H.R Bukhari-Muslim)
- Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh
kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang Sahabat
bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau
salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun
tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (HR. Muslim)
- Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Keridhaan
Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah,
bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi)
- Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah.
Dalam suatu riwayat dikisahkan ‘tiga orang’ yang terkurung
dalam sebuah gua. Masing-masing berdoa kepada Allah dengan menyebutkan
satu amalan yang dianggapnya terbaik dalam hidupnya, agar menjadi
wasilah (sarana) terkabulnya doa. Salah seorang di antara mereka
bertiga, mengisahkan tentang salah satu perbuatan baiknya terhadap kedua
orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan pintu gua terkuak, batu yang
menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa keluar dari gua
tersebut. (HR. Bukhari-Muslim)
- Berbakti kepada orang tua, dapat memperluas rezki.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa
yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi
berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (HR. Bukhari -Muslim)
Berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk aplikasi silaturahim yang
paling afdhal yang bisa dilakukan seorang muslim, karena keduanya adalah
orang terdekat dengan kehidupannya.
- Doa orang tua adalah mustajab.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ada tiga
bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan lagi: Doa orang tua untuk
anaknya, doa seorang musafir dan orang yang yang terzhalimi.” (HR.
Bukhari -Muslim)
- Jasa orang tua, takkan terbalas.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Seorang anak
tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan
ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)
- Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Maukah kalian
kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab, “Tentu
mau, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau bersabda,
“Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.” (HR.
Bukhari-Muslim)
Orang yang durhaka terhadap orang tua, akan mendapatkan balasan ‘cepat’ di dunia, selain ancaman siksa di akhirat.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ada dua bentuk
perbuatan dosa yang pasti mendapatkan hukuman awal di dunia: Memberontak
terhadap pemerintahan Islam yang sah, dan durhaka terhadab orang tua.”
(HR. Al-Hakim, Shahih oleh Al-Albani)
Alhamdulillah.. Kesemua bukti
tersebut –dan masih banyak lagi bukti-bukti ilmiah lainnya, termasuk
konsensus umat Islam terhadap urgensi berbakti kepada orang tua yang
sama sekali tidak boleh terabaikan–, kesemuanya, menunjukkan betapa
bakti kepada orang tua adalah kebajikan maha penting, bahkan yang
terpenting dari sekian banyak perbuatan baik yang diperuntukkan terhadap
sesama makhluk ciptaan Allah. Sedemikian pentingnya, hingga
riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang adab, prilaku dan sikap seorang
anak terhadap orang tuanya, bertaburan dalam banyak hadits-hadits Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, bahkan juga dalam Al-Qur’an.
Memuliakan Orang Tua
Pemuliaan Islam terhadap sosok orang tua, amat lugas. Bahkan Islam sudah
jauh-jauh hari -14 abad yang silam- sudah langsung menghadirkan
‘perintah tegas’ bagi seorang mukmin, untuk berbuat baik kepada kedua
orang tuanya.
“Telah kami pesankan seorang manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (Al-Ahqaaf : 15)
Ibnu Katsier menjelaskan, “Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kita
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, sekaligus juga melimpahkan
kasih sayang kita kepada mereka. (Tafsir Al-Quranul Azhiim IV : 59)
Sekarang, bandingkanlah substansi ajaran Islam itu dengan realitas yang
berkembang di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia sekarang
ini. Banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan
keringat atau sekadar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya
yang sudah ‘uzur’. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah
berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas.
Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya
secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo!!
Saudaraku, Tunjukkanlah Baktimu pada Orang Tuamu??
Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan
merasakan ‘budi baik’ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara
baik oleh si anak, ketimbang orang lain. Ada beragam cara yang bisa
dilakukan seorang muslim, untuk ‘mengejawantahkan’ perbuatan baiknya
kepada kedua orang tuanya secara optimal. Beberapa hal berikut, adalah
langkah-langkah dan tindakan praktis yang memang sudah ‘seharusnya’ kita
lakukan, bila kita ingin disebut ‘telah berbuat baik’ kepada orang tua:
- Bersikaplah secara baik, pergauli mereka dengan cara yang baik pula,
yakni dalam berkata-kata, berbuat, memberi sesuatu, meminta sesuatu
atau melarang orang tua melakukan suatu hal tertentu.
- Jangan mengungkapkan kekecewaan atau kekesalan, meski hanya sekadar
dengan ucapan ‘uh’. Sebaliknya, bersikaplah rendah hati, dan jangan
angkuh.
- Jangan bersuara lebih keras dari suara mereka, jangan memutus
pembicaraan mereka, jangan berhohong saat beraduargumentasi dengan
mereka, jangan pula mengejutkan mereka saat sedang tidur, selain
itu,jangan sekali-kali meremehkan mereka.
- Berterima kasih atau bersyukurlah kepada keduanya, utamakan
keridhaan keduanya, dibandingkan keridhaan kita diri sendiri, keridhaan
istri atau anak-anak kita.
- Lakukanlah perbuatan baik terhadap mereka, dahulukan kepentingan
mereka dan berusahalah ‘memaksa diri’ untuk mencari keridhaan mereka.
- Rawatlah mereka bila sudah tua, bersikaplah lemahlembut dan
berupayalah membuat mereka berbahagia, menjaga mereka dari hal-hal yang
buruk, serta menyuguhkan hal-hal yang mereka sukai.
- Berikanlah nafkah kepada mereka, bila memang dibutuhkan. Allah
berfirman, “Dan apabila kalian menafkahkan harta, yang paling berhak
menerimanya adalah orang tua, lalu karib kerabat yang terdekat.”
(Al-Baqarah : 215)
- Mintalah ijin kepada keduanya, bila hendak bepergian, termasuk untuk
melaksanakan haji, kalau bukan haji wajib, demikian juga untuk
berjihad, bila hukumnya fardhu kifayah.
- Mendoakan mereka, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an,“Dan ucapanlah,
“Ya Rabbi, berikanlah kasih sayang kepada mereka berdua, sebagaimana
menyayangiku di masa kecil.” (Al-Isra : 24)
Semua hal di atas bukanlah
‘segalanya’ dalam upaya berbuat baik terhadap orang tua. Kita teramat
sadar, bahwa ‘hak-hak’ orang tua, jauh lebih besar dari kemampuan kita
membalas kebaikan mereka. Mungkin lebih baik kita tidak usah terlalu
berbangga diri, kalaupun segala hal diatas telah dapat kita wujudkan
dalam kehidupan nyata. Karena orang tua adalah manusia yang pertama kali
berbuat baik kepada kita, apalagi di waktu kita kecil.
Jangan Mendurhakainya!
Mendurhakai orang tua adalah dosa besar. Dan berbuat durhaka terhadap
ibu adalah dosa yang jauh lebih besar lagi. Melalui pelbagai penjelasan
Islam tentang ‘kewajiban kita’ terhadap sang ibunda, kita dapat
menyadari bahwa berbuat durhaka terhadapnya adalah sebuah tindakan
paling memalukan yang dilakukan seorang anak berakal.
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, “Arti durhaka kepada orang tua yaitu
melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua terganggu atau terusik,
baik dalam bentuk ucapan ataupun amalan.. (Fathul Baari I : 420)
Seringkali seorang anak membela diri saat dikecam sebagai anak yang
durhaka terhadap ibunya, dengan pelbagai alasan yang dibuat-buat, atau
sekadar mengalihkan perhatian kepada soal lain. ‘Seharusnya kan orang
tua itu lebih tahu,’ ‘Seharusnya seorang ibu mengerti perasaan anak,’
‘Seharusnya seorang ibu itu lebih bijaksana daripada anaknya,’
‘Seharusnya seorang ibu tidak boleh memaksakan kehendak,’ dan berbagai
alasan kosong lainnya. Yah, taruhlah, dalam suatu kasus, si ibu memang
melakukan kesalahan, dengan memaksakan kehendaknya, atau bersikap kurang
bijaksana. Namun saat si anak membantah perintah atau larangan ibunya,
apalagi dia mengerti bahwa yang dikehendaki oleh ibunya itu adalah baik,
meski kurang tepat, tidak pelak lagi, si anak telah berbuat durhaka. Di
sinilah seharusnya ‘kunci kesabaran’ dan tingkat ‘kesadaran’ terhadap
syariat Allah, juga penghormatan terhadap orang tua, dapat menggeret
seseorang mengambil jalan mengalah, meskipun ia harus mengorbankan
banyak hal, termasuk harta, dan juga cita-citanya. Selama hal itu tidak
bertentangan dengan Syariat Agama.
Ketika Orang Tua Telah Berusia Senja.
Pada saatnya, usia juga yang membatasi kepawaian seorang ibu mengasuh
anaknya. Kasih ibu, memang tak dapat dihentikan sang waktu. Namun
sebagai manusia, kekuatannya tidak pernah abadi. Akhirnya, sang ibu
harus melalui juga masa-masa yang belum pernah dibayangkan selama ini.
Kulitnya mulai keriput, tenaganya mulai jauh berkurang,
tulang-tulangnyapun mulai terasa rapuh, suaranya berubah menjadi sengau,
tak mampu menstabilkan nada yang keluar. Saat itulah, ia mulai sangat
membutuhkan belaian kasih sang anak. Ia mulai memerlukan adanya orang
lain di sisinya, untuk menyelesaikan segala hal, termasuk
pekerjaan-pekerjaan ringan sekalipun, yang selama ini bisa dia
selesaikan seorang diri. Saat itulah, bakti seorang anak menjadi suatu
hal yang teramat dibutuhkan. (Lihat Q.S Al-Isra : 23-24)
Saat usia semakin tua, bisa jadi kepekaan seorang ibu bertambah. Ia
lebih mudah tersinggung, lebih mudah melampiaskan amarahnya, lebih mudah
tersentuh hatinya hanya oleh kata-kata atau ucapan, yang bila itu
diucapkan seorang anak di waktu mudanya, tidak akan diperdulikan sama
sekali. Oleh sebab itu, Al-Qur’an memberikan bimbingan yang demikian
santun, agar seorang anak membiasakan diri berbicara dan bersikap secara
mulai, santun dan terpuji, terhadap kedua orang tuanya, terutama sekali
ibunya.
Dan Ketika Tiba Saatnya Orang Tua Kita Meninggalkan Kita, Apakah yang Kita Lakukan??
Sesungguhnya ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud cinta
kasih kita pada Orangtua yang telah meninggalkan kita, di antaranya :
- Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha
(jujur) bila kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu
mereka masih hidup.
- Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
- Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.
- Membayarkan hutang-hutangnya.
- Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.
- Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.